Archive | Juli 2011

Waisak Nasional 2011

Walubi akhirnya mengadakan waisak secara nasional. Dijawa Timur, waisak saat itu diadakan di Candi Brahu, Mojokerto. Acara dimulai kurang lebih pukul 18.30 WIB. Sekitar 2000 umat Buddha hadir duduk bersama disekitar taman untuk merenungkan makna Waisak bersama. Cuaca malam itu terlihat cerah, bulan purnama bersinar terang secara penuh.

Acara dimulai dengan ditandai oleh bunyi gong, kemudian dilanjutkan dengan membaca parita atau doa. Kemudian acara dilanjutkan dengan tampilnya Barongsai yang merupakan sebuah seni, dimana menggambarkan kegembiraan dan menghargai akan kesenian yang berasal dari daratan China, oleh sebab hampir 80% penganut Buddha yang hadir disana adalah WNI keturunan. Hal ini dihadirkan agar mereka mengingat akan asal-usul mereka dan mengenang serta menghormati budaya leluhur.

Setelah pertunjukan Barongsai usai, acara disusul dengan seni Barong yang dikenal di Bali, hal ini menandai bahwa umat Buddha menghargai, menerima dan telah berbaur dengan tradisi lokal setempat. Setelah itu disambut dengan tari-tarian  yang merupakan kebudayaan dari Pura Jagad Karana Surabaya, dimana hal tersebut penting, patut dihargai dan dilestarikan.

Tarian-tarian usai dan Wakil Gubernur Jawa Timur saat itu, Bpk.Drs.Saifullah Yusuf beserta isteri dan staff memasuki kawasan candi Brahu, kemudian duduk berhadap-hadapan dengan para Biksu dibarisan terdepan, bersiap untuk meresmikan acara Waisak bersama. Sedangkan bapak Gubernur Jawa Timur menghadiri acara Waisak di candi Borobudur, Jawa Tengah.

Pidato dan kata-kata pembuka disampaikan, yang intinya adalah menghargai dan memaknai acara tersebut sebagai kerukunan antar umat beragama di Indonesia pada umumnya dan Jawa Timur pada khususnya. Buddha merupakan salah satu agama yang diakui oleh pemerintah dan telah berkontribusi dalam membangun masyarakat menuju kerukunan antar umat beragama secara nyata dan signifikan.

Bahkan pada jaman dahulu Buddha dan Hindu pernah dianut oleh mayoritas penduduk ditanah Jawa dan mengalami masa pencerahan dimana masyarakat hidup dengan peradaban budaya yang diakui dimata dunia saat itu. Disebut pula telah ditemukan bekas-bekas reruntuhan sekolah serta universitas Buddha terbesar  diasia tenggara, yang ditinggalkan secara misterius dan secara tiba-tiba oleh puluhan ribu para mahasiswanya. Pastilah terdapat peristiwa dibalik itu semua, namun masih merupakan misteri, bagaimana universitas yang diikuti oleh puluhan ribu mahasiswa yang telah mapan dalam pengetahuan Buddha tiba-tiba harus pergi dan meninggalkan universitas terbesar seasia tenggara tersebut.

Peresmian acara dimulai dengan menyalakan obor berukuran besar secara bersama-sama, lalu acara pembacaan parita, meditasi, dan refleksi diri yang mencerminkan bagaimana umat Buddha beribadah dimulai.

Suasana hening saat tiba dalam sesi meditasi, masyarakat sekitarpun menghargai saat itu dengan tidak terdengar suara apapun dilangit yang cerah malam itu. Benar-benar suasana yang nyaman untuk bermeditasi, bahkan terlihat banyak warga setempat ikut dalam bermeditasi dan refleksi diri.

Setelah itu, Barongsai melakukan pertunjukkan sekali lagi dan Barong Bali serta tari-tarian  dari pura Jagad Karana Surabaya menutup acara dengan indah dan elegant.

Happiness

the world is full on happiness. Birth is happiness, young is happiness, health is happiness and life is happiness. To meet a human whom one love is happiness, struggling to be happy is the way in to happiness.

Those who wish for happiness should do things for happiness.

The cause happiness is a way by which they may be new, something that appears as there causes and conditions change.

in this way the world of life is created by the person it self, and those whos can get the happiness  will make other happy too.

I have done good and made happier my self and other and the good act commonly happy.

The process of life and process of birth and the right things to do is life its self.

happiness come and stay when they appear and get happiness for its self.

happiness is free from all things with happiness want to do it.

happiness like wise and recognizing that the world is full of happiness and who choose the part on it will give the happiness it self.

Knowing that things is happiness.

 

 

Buddha bukan penyembah berhala

Pernyataan dan pertanyaan yang sering didengar dan diajukan kepada umat Buddha adalah:

Jika seseorang kurang mengerti banyak tentang Buddha dan ia terlibat secara aktif dalam agama lain dan tidak ingin terlibat atau tidak ingin tahu tentang Buddha, maka pernyataan yang ada dalam pikirannya adalah: Umat Buddha penyembah berhala.

Jika seseorang tidak ingin terburu-buru dalam menghakimi, iapun bertanya kepada umat Buddha: Apakah umat Buddha penyembah berhala?

Untuk memberikan jawaban tersebut, perlu diketahui definisi atau arti dari penyembah berhala.

Definisi pertama dari penyembah berhala atau dalam bahasa inggris disebut sebagai idol-worshipper. Secara umum berarti: menggunakan gambar dari dewa-dewi tertentu dalam berbagai variasi bentuk seperti lukisan, patung, dan lain sebagainya untuk keperluan pemujaan, berdoa, mencari pemberkatan, dan perlindungan, dan untuk menganugrahkan kesehatan, kekayaan, ketentraman dan lain sebagainya.

Definisi kedua dari penyembah berhala atau dalam bahasa inggris disebut sebagai pagan, yang menurut kamus cambridge adalah sebagai pemuja lebih dari satu Tuhan, khususnya sebelum adanya agama. Atau dapat diartikan sebagai memuja dan menyakini adanya banyak dewa-dewi.

Jika pertanyaan yang diajukan mengacu pada definisi pertama, maka kemungkinan jawaban yang dapat diberikan adalah: Umat Buddha bukanlah memuja gambar namun menghormati Buddha sebagai guru besar yang religius, serta penghargaan terhadap guru besar religius yang luar biasa serta mencapai tingkat kesempurnaan penuh. Bagi umat Buddha, gambar hanyalah semata-mata sebagai tanda, simbol dan pernyataan yang menolong untuk mengenang sang Buddha (Ven.Dr.K.Sri.Dhammananda)

Jawaban lain yang mungkin dapat diberikan adalah: umat Buddha bukan berdoa pada gambar atau patung Buddha, melainkan pada Buddha itu sendiri. Patung atau gambar hanyalah sebagai kenangan atau memori yang memudahkan umat Buddha untuk mengingat Buddha.

Sebagai contoh jika seseorang melihat foto kakeknya yang telah meninggal dunia, otak akan memunculkan berbagai macam memori terhadap perbuatan si kakek selama hidupnya. Dari melihat sebuah foto, seseorang dapat bercerita banyak hal dan mengingat banyak hal. Jadi bukan gambarnya yang puja, melainkan untuk mengenang ataupun melakukan penghormatan kepada Sang guru besar yang telah mencapai kesempurnaan.

Berlutut kepada Buddha merupakan penghargaan dan penghormatan yang dilakukan secara fisik, tanpa menggunakan kata-kata. Itu berarti bukan hanya menggunakan kata-kata saja dalam menghormati dan menghargai, tetapi juga melakukan sesuatu untuk menghormati dan menghargainya.

Adapun penghormatan bermacam-macam bentuk dan caranya, dan merupakan tradisi China , cara penghormatan dilakukan layaknya menyembah seorang kaisar atau raja pada jaman kerajaan China kuno.

Itulah kemungkinan jawaban yang dapat diberikan pada definisi pertama.

Sedangkan pada definisi kedua dimana agama Buddha disebut sebagai pagan, atau mengakui dan memuja banyak dewa-dewi, pertanyaan yang diajukan : Mengapa tidak boleh mengakui dan melakukan penghormatan kepada banyak Tuhan?

Pada agama lain tidak mau menyembah dan mengakui banyak Tuhan, dan hanya mau menyembah kepada satu Tuhan sebagai yang terhebat, sebab telah menciptakan manusia dan alam semesta ini, maka hanya Tuhan yang terhebatlah yang layak disembah.

Itu adalah hak setiap manusia. Siapa yang menciptakan manusia dan alam semesta merupakan pertanyaan yang masih belum dapat terjawab hingga saat ini. Sehingga hal tersebut mengacu pada sebuah entitas yang dinamakan sebagai Tuhan. Dan apakah Tuhan yang hebat itu mengerjakan semuanya sendirian saja tanpa bantuan apapun kecuali dirinya sendiri sehingga hanya dia saja yang layak disembah dan dipuji serta Ia sendiri yang mendapatkan penghormatan dan pengakuan?

Pertanyaan itu telah ada sejak konsep tentang pencipta terbentuk. Pertanyaan itu umurnya sudah sangat tua sekali. Selama ribuan tahun, oleh sebab pertanyaan tersebut,  hingga  tulisan ini ditulis, manusia terus masih berusaha mencari yang terhebat dan tertinggi.

Perumpamaan yang sering digunakan dalam pertanyaan ini adalah: siapa yang lebih layak dihormati, pencipta suatu benda atau benda itu sendiri?

Banyak orang menjawab tentu sudahlah pasti penciptanya yang dihormati. Namun  pertanyaannya siapa pencipta itu? Sebuah nama dimunculkan sebagai sebutan, yaitu Tuhan dalam bahasa indonesia.

Ada yang mengatakan bahwa Tuhan itu hanya satu. Entah dari mana kesimpulan itu berasal, sebab tidak ada yang mengetahui secara pasti bahwa Tuhan itu satu atau banyak.

Ilustrasi modern yang terjadi saat ini mengenai Tuhan itu satu atau banyak adalah susunan pemerintahan dalam suatu negara. Seperti di Indonesia, terdapat Presiden, wakil presiden, para menteri, mpr, dpr, dan lain sebagainya.

Jika agama yang mengakui hanya satu Tuhan, maka ia hanya mengakui presiden seorang diri sebagai pimpinan tertinggi, terhebat dan melakukan penghormatan hanya kepada seorang presiden serta sering mengabaikan yang lainnya bahkan tidak mengakui adanya jajaran pemerintahan yang ada kecuali presiden seorang diri.

Sedangkan dalam agama yang mengakui banyak Tuhan, maka ia menghormati semua jajaran pemerintahan dari yang terbesar hingga yang terkecil. Sebab presiden tidak bekerja sendirian.

Mana yang menjadi pilihan? Pilihan pertama: Menghormati hanya kepada presiden seorang diri atau pilihan kedua: menghormati  presiden beserta seluruh jajaran pemerintahan?

Itu adalah hak setiap manusia dalam memilih. Namun kaum yang disebut pagan atau menghormati dan mengakui banyak Tuhan atau banyak dewa dewi, dalam ilustrasi modern tampaknya memilih  pilihan yang kedua.